article-image

Sumber Gambar: Artem Makarov via Unsplash

Teknologi pertanian yang semakin berkembang saat ini memungkinkan petani untuk mengontrol lahannya tanpa harus mendatangi langsung lahannya. Sistem pengairan yang penting dalam proses budidaya juga telah dapat diatur waktu dan jumlahnya semakin presisi sehingga air yang diberikan tidak terbuang percuma. Selain itu, kebutuhan air akan disesuaikan dengan jenis dan umur tanaman. Pada tanaman muda biasanya membutuhkan air dalam jumlah sedikit dan akan semakin meningkat. Pada musim kemarau, air yang tersedia sangat sedikit dan sangat terbatas. Salah satu sistem yang telah berkembang saat ini adalah sistem irigasi tetes (drip system).

Irigasi tetes merupakan cara pemberian air secara langsung pada tanaman menggunakan alat tetes bernama emitter. Irigasi ini bisa dilakukan di permukaan tanah maupun di dalam tanah dan bertujuan untuk memanfaatkan air yang ada dalam jumlah terbatas. Pengairannya sendiri melalui tetesan secara terus-menerus pada tanah yang ada di dekat tumbuhan. Sistem irigasi ini sangat cocok untuk tanah yang tidak terlalu kering. Pengairannya juga bisa bervariatif tergantung besarnya debit keluaran dan interval, kelembaban tanah, permeabilitas tanah, serta struktur dan tekstur tanah.

Sistem irigasi tetes mempunyai cara pengontrolan yang baik sejak air dialirkan sampai diserap tanaman. Selain itu sistem irigasi tetes mengurangi proses penguapan (evaporasi) dan nutrisi dapat langsung diberikan ke tanaman melalui irigasi. Sistem irigasi cocok digunakan untuk tanaman yang ditanam secara berderet yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga dapat menutupi biaya penyusutan perangkat irigasi tetes. Dengan cara seperti ini maka pemanfaatan air, waktu, tenaga kerja, dan biaya tenaga kerja akan semakin hemat. Penghematan air karena diberikan ke tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penyiraman dengan irigasi tetes menghemat waktu karena penyiraman dilakukan secara otomatis dengan hanya membuka kran. Penggunaan tenaga kerja menjadi berkurang karena penyiraman dilakukan secara serentak. Sementara pada irigasi tradisional (kocor), petani membutuhkan banyak air dan banyak alokasi tenaga kerja karena dilakukan secara manual dan satu per satu tanaman. Akan tetapi dibutuhkan pula modal yang tidak sedikit untuk membangun sistem irigasi tetes ini. Diperkirakan untuk mencukupi lahan sebesar 4000 meter persegi menghabiskan setidaknya 5 juta rupiah. https://sentrabudidaya.com/sistem-irigasi-tetes-manfaat-biaya-kelebihan-kekurangan/

http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/Buku_Inovasi/273-277.Nur%20Fitriana%20Irigasi%20tetes.pdf

Ingin tingkatkan panen? Download aplikasi Dokter Tania sekarang